Saat ini, kelapa sawit Indonesia telah berkembang menjadi bagian yang paling penting di dunia. Dalam hal produksi minyak sawit, Indonesia saat ini menjadi nomor satu dan telah mengalahkan Malaysia. Dari 64 juta ton produksi sawit dunia, Indonesia menyumbang lebih dari setengahnya yaitu 35 juta ton. Indonesia menyumbang 54 persen dari produksi minyak sawit dunia.
Apa kunci dari prestasi ini? Pada hakekatnya, kelapa sawit Indonesia dan produk turunannya bersaing karena kita menguasai supply chain dari bahan baku hingga produk akhir, dimana mengandung 87 persen komponen domestik. Keunggulan ini tidak dimiliki oleh komoditas pertanian lain.
Informasi yang membanggakan ini disampaikan dalam rangkaian acara Seminar Rutin PSEKP, pada hari Kamis tanggal 28 September 2017 di Gedung A Kementerian Pertanian. Presenter seminar adalah DR Delima Azahari, seorang peneliti senior di PSEKP (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian), dan sekaligus terlibat langsung memimpin berbagai delegasi dalam negosiasi kelapa sawit di level dunia. Seminar memaparkan judul “Sawit Indonesia yang Berkelanjutan: Tantangan Dan Kebijakan Yang Diharapkan”. Materi seminar secara garis besar terdiri atas perkembangan sawit indonesia, tantangan yang dihadapi, bagaimana perkembangan sawit indonesia yang berkelanjutan, serta diakhiri dengan identifikasi dan saran untuk kebijakan yang diharapkan.
Kelapa sawit tidak hanya telah menjelma menjadi penyumbang paling penting devisa negara dari nilai ekspor yang terus meningkat, namun juga menjadi penggerak perkenomian wilayah, menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan. Kelapa sawit telah berkembang dari luas 300 ribu ha di tahun 1980 menjadi saat ini 16,1 juta ha (menurut data GAPKI), dengan produksi CPO sebesar 40 juta ton. Perlu disampaikan bahwa pangsa perkebunan rakyat terus meningkat, dan saat ini telah menjadi 52 persen dari seluruh luas kebun. Luas total perkebunan rakyat diduga telah mencapai 9 juta ha, bukan lagi 6 juta ha sebagaimana sering diberitakan. Sementara, luas kebun kelapa sawit BUMN relatif sedikit yakni hanya 515 ha.
Keseluruhan kebun sawit tersebut telah mampu menyerap 4,2 juta orang tenaga kerja untuk sawit rakyat, namun secara keseluruhan adalah 8,2 juta orang. Sawit juga menjadi sumber penghidupan bagi 1,5 juta keluarga petani kecil. Secara ekonomi, sawit telah berperan sebagai kontributor ekonomi utama wilayah, dalam setidaknya 31 kabupaten dan kota di Indonesia. Banyak wilayah dan kota berkembang karena sawit terutama di Provinsi Riau, serta sebagian wilayah di pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Prestasi ini tentu sebuah pencapaian yang sangat membanggakan, di tengah berbagai kampanye negatif yang selalu membayangi. Sawit menghadapi banyak tantangan berupa kampanye hitam internasional terhadap minyak sawit. Isu ini mesti dimaknai secara lebih luas, karena sesungguhnya berada dalam tataran persaingan ekonomi minyak nabati global. Isu-isu lain yang sering mengemuka berkenaan pula dengan permasalahan gizi dan kesehatan, sosial dan pembangunan pedesaan, serta lingkungan dan aspek keberlanjutannya.