Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit diprediksi terus melonjak seiring dengan peningkatan permintaan global. Pada 2021, harga patokan CPO telah menembus Rp 1.250 per metrik ton dan diproyeksikan bakal lebih tinggi pada 2022.
“Harga kelapa sawit lebih dari US$ 1.250. Ini akan naik lebih dari US$ 1.500 pada tahun depan karena panen kacang kedelai seluruh dunia tidak akan terlalu baik,” ujar Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam acara Digital Technopreneur Fest dan Technopreneur Campus FORBIS 2021 yang ditayangkan melalui YouTube Kementerian Investasi, Jumat, 19 November 2021.
Kenaikan harga CPO, kata Lutfi, menjadi penyebab utama harga minyak goreng di dalam negeri meningkat belakangan ini. Harga minyak goreng kemasan yang dijual di pasar bahkan menembus Rp 16 ribu per liter.
Melonjaknya harga bahan pokok tersebut merupakan konsekuensi lantaran dalam penentuan harga ecertan tertinggi (HET) sebelumnya, pemerintah memakai patokan harga CPO 500-600 per metrik ton. “Begitu harga (CPO) naik dua kali lipat, harga minyak goreng lebih dari Rp 16 ribu. Ini konsekuensi dari market internasional,” ujar Lutfi.
Meski demikian, Indonesia digadang-gadang dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga CPO untuk mengerek ekspor. Produk CPO sejauh ini tercatat menjadi kontributor terbesar ekspor komoditas dari Indonesia yang nilainya mencapai US$ 27 miliar pada 2020. Sedangkan pada Oktober 2021, Indonesia berhasil telah menjual US$ 3,36 miliar CPO ke luar negeri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan Indonesia bisa menjadi penentu harga ataupun price center bagi CPO global. Pemerintah kini telah menyiapkan peta jalan hilirisasi produk sawit.
Peta jalan di antaranya meliputi peningkatan produktivitas, penunjang kegiatan hilir seperti oleofood, oleokimia dan biofuel, penciptaan ekosistem, tata kelola, capacity building dan pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit. Dengan luas lahan 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, Airlangga mengatakan Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia ataupun minyak nabati.
Selain itu RI mampu menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia yang sangat berperan penting dalam konteks ketahanan pangan di dunia.